Bersama tetuha Banjar di Bagan Serai, Negeri Perak Darul Ridzuan, Malaysia. |
Mengunjungi Bagan Serai, Bertemu Kulaan Banjar di Malaysia
Wilayah Bagan Serai dibelah oleh jalan besar yang di kanan
kirinya adalah pemukiman warga.
Dibelakang pemukiman tersebut terhampar sawah seluas mata
memandang. Orang Banjar di sana punya
istilah sendiri untuk kawasan persawahan, yakni bandang.
“Memang bahasa Banjar di sini ada beberapa istilah yang
tidak dikenal orang Banjar,” ujar H Yusuf bin H Omar (75) tokoh masyarakat
Banjar di Bagan Serai.
“Samseng, tahulah ikam?” ujarnya bertanya kepada wartawan
koran ini. “Artinya buntat, jagau,” ujarnya tertawa.
Yusuf pun mengakui, sekarang banyak budaya banua yang mulai
ditinggalkan generasi Banjar di Bagan Serai.
Salah satu diantaranya adalah kemampuan beladiri tradisional Banjar,
Kuntau. “Waktu kami muda, dulu disini banyak perguruan Kuntau,” ujarnya.
Kebiasaan membawa senjata tajam pun masih menjadi tradisi
warga Banjar pada masa itu. Sampai-sampai, perempuan Melayu pun takut menikah
dengan lelaki Banjar. Namun ujar Yusuf,
hal itu sekarang sudah tidak terjadi lagi. “Sekarang sudah membaur, orang
Banjar pun tidak hanya menjadi petani, banyak yang jadi polisi, guru, sampai DO
(distrik officer, setingkat bupati, Red),” ujarnya.
Kalaupun tetap menjadi petani, cara mereka pun sudah lebih
maju. Petani di Bagan Serai tidak lagi melakukan aktivitas pertanian
tradisional. Mulai menanam sampai
memanen, dilakukan oleh mesin.
“Penggunaan mesin-mesin itu sudah sejak tahun 70-an atau
sudah 30 ke 40 tahun yang lalu,” terang ujar H Sulaiman bin Zarmil (75) kepada
Radar Banjarmasin.
Dengan begitu, satu keluarga petani di Bagan Serai,
rata-rata menggarap 1-2 hektare lahan.
“Dulu pemerintah yang membuat irigasi, dengan alat-alat berat, kemudian
setiap keluarga mendapat pembagian tanah untuk digarap,” ujar H Sulaiman.
Bagaimana menanam padi dengan mesin? H Sulaiman pun
memberikan gambaran, benih padi disebar diatas media tanah diatas plastik,
kemudian setelah tumbuh, benih yang menjadi bibit padi tadi digulung dan
dimasukkan ke dalam mesin. Sehingga
petani tinggal menjalankannya. Penggunaan
mesin juga dilakukan untuk pemupukan, penyemprotan dan panen.
“Ketika panen, sawah dikeringkan, truk pemanen langsung
membabat padi dan memasukkannya dalam wadah penampungan. Setelah itu langsung dibawa ke pabrik
pengolahan untuk dirontok,” terangnya.
Karena sangat terbantu dengan penggunaan mesin-mesin
tersebut, akhirnya para petani di sana masih mempunyai waktu banyak untuk
menjalankan usaha lain. Sehingga
orang-orang Banjar di Bagan Serai pun dikenal gemar berbisnis. Seperti apa bisnis mereka, nantikan
kelanjutan catatan ini pada edisi besok. (bin)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar