Mengunjungi Bagan Serai, Bertemu Kulaan Banjar di Malaysia
Nuansa Banjar di Bagan Serai tidak hanya terlihat dari
nama-nama jalan dan daerah yang mirip dengan di banua. Bahasa Banjar pun masih menjadi bahasa ibu
mereka, gaya berpakaian dan tradisi mawarung, masih mudah ditemui di sini.
Budian Noor, Malaysia
Setelah sempat beristirahat sebentar di rumah Haji Jamaludin
bin Asaari, ia mengajak Radar Banjarmasin untuk melihat suasana di sekitar
Bagan Serai. Jumat (30/12), saat itu,
waktu baru saja lepas asar. Diperjalanan
kami berpapasan dengan serombongan pria bersarung dengan memakai baju
koko.
“Nah, kabalujuran (kebetulan) kita ke tahlilan aja, melihat
bagaimana orang selamatan di sini, apakah sama dengan di Banjar,” ujarnya.
Ia pun dengan cekatan memutar balik mobil sedan protonnya,
wartawan koran ini diajak untuk menghadiri tahlilan almarhum Mad Jainudin bin
Awang yang juga keturunan Banjar.
Wartawan koran ini pun diperkenalkan sebagai tamu dari Banjar kepada
tuan rumah, Hasanuddin bin Husin.
Hasanuddin pun memperkenalkan keluarga besarnya, diantaranya Abdurrahman
Auf, pebisnis emas yang juga berkantor di Jakarta.
“Inya ini urang Banjar jua, baru datang dari Jakarta,” ujar
Hasanuddin.
Jamaluddin pun menjelaskan, sesama
warga Banjar di Malaysia memang sangat akrab dan selalu menjaga
silaturahmi. Diantaranya melalui majelis
tahlilan seperti ini. Prosesi tahlilan
di Malaysia pun tidak berbeda dengan di banua.
Dimulai dengan pembacaan yasin dan tahlil, diakhiri dengan doa.
Sedikit berbeda adalah cara penyajian
hidangan. Di Malaysia hidangan ditata
dalam nampan, disitu ada sepiring jubung (penuh) nasi samin, ayam masak habang,
udang, nanas bumbu kare dan oseng sayur dan ada tiga piring kosong. Satu nampan tersebut dihadapi empat orang.
Usai acara tahlilan, wartawan koran ini
pun sempat berbincang dengan beberapa tokoh tua yang menjadi generasi kedua dan
ketiga orang Banjar di Bagan Serai.
Diantaranya adalah H Kasim (75), ayahnya lahir di Alabio (HSU), H
Sulaiman bin Zarmil (75) dan H Yusuf bin H Omar (75), keduanya adalah cucu dari
orang Banjar yang datang dari Kelua (Tabalong).
Menurut H Kasim, urang Banjar yang ada
di Bagan Serai adalah keturunan orang Banjar yang datang ke Malaysia karena
alasan bisnis.
“Mereka datang dengan kapal dagang,
membawa karet ke Singapura, baru setelah itu dengan perahu menyusuri sungai
dari muara ke arah hulu, lalu membuka bandang (persawahan, Red),” ujarnya.
Dari dulu ujarnya, orang Banjar memang
dikenal pekerja keras. Mereka membuka
kawasan baru untuk persawahan, sehingga akhirnya menjadi kota yang ramai. Saking akrabnya orang Banjar di Malaysia
dengan padi, sampai ada istilah, dimana ada orang padi, disitu ada Banjar. Dimana ada bamban –sejenis tumbuhan rawa yang
dijadikan bahan anyaman- disitu ada Banjar. (bin)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar